Sabtu, 23 April 2011

Lolos Dari Maut (Lanjutan dari "Am I Loser?")

Cerita lalu : Cowok kelahiran Pekalongan yang kini di kenal sebagai John Pantau di reality show-nya Trans TV itu, waktu kecilnya ‘tertekan’ banget. Bayangin, kesehariannya dia terus diledek, dipalak, bahkan nyaris nggak di anggap teman-teman satu sekolahnya. Kelas 4 SD, kacamata John udah minus 5, bikin gayanya kayak anak nerd. ‘Sumpah! Bila diminta balik ke masa kecil gue, gue nggak mau!’ komennya spontan. Gimana setelah John jadi host acara John Pantau?

Bip.. Bip! Gue nyaris terlelap ketika sebuah SMS masuk. Belum sempat dibaca, hape gue “teriak” lagi. Fuiih.. kapan ya mereka berhenti gangguin gue?

Mata gue masih sembab. Baru pukul 3 dini hari tadi gue bisa tidur, eh… pukul enam pagi sudah digangguin suara nyaring, weker butut gue yang sudah tak jelas lagi warna aslinya itu, nyaris terlempar, kena tangan gue tanpa sengaja. Huh. Andaikan mereka tahu ya… gue bisa memperoleh kepercayaan ngebawain acara John Pantau, tidak dengan mudah. Usaha keras. Masa kecil juga belum tentu sebahagia mereka…

Masih terasa banget tuh tangan-tangan iseng yang suka menowel kepala gue, menarik rambut gue seenaknya atau mengambil semua bekal dan uang saku gue. Berontak, marah atau melawan? Enggak. Gue hanya bisa diam, tidak bisa melawan. Apalagi sejak SD, gue sudah memakai kacamata tebal. Kebayang dong, gimana culunnya tampang gue waktu itu...
Benar-benar seperti di neraka. Gue tidak punya pilihan. Menangis? Nggak. Gue hanya bisa menghitung hari… kapan semua itu berakhir, gue bisa bebas dari semua “penindasan” itu. Gara-gara kejadian itu, gue jadi orang yang sangat sensitive, peka dengan masalah orang-orang yang terpuruk, nggak bisa membela diri dan terpinggirkan.

Papa dan Mama juga orang sibuk. Otomatis hanya malam hari kami bertemu di meja makan. Kalaupun gue ngadu, Papa hanya bilang, “Ah… perasaan kamu saja. Kamu cowok, jangan nyerah, dong”

Ngerasa nggak ada yang membela, ya sudahlah. Gue hadapi saja sendiri, meski dengan hati kesel, nih. Belum lagi ejekan teman-teman, karena gue nggak pernah ikut pelajaran olahraga waktu SD gara-gara kacamata gue takut jatuh.

Masuk SMP, dunia gue mulai berubah. Sekolah mulai percaya, gue bisa banggakan sekolah lewat berbagai lomba pidato yang kuikuti dan selalu mendapat penghargaan. Tuhan sepertinya sudah mempersiapkan diriku, sehingga saatnya tiba, semua pasti diberikan. Saat di SMA, gue mulai aktif di OSIS. Meski gue bukan aktivis berat, karena gue nggak mau sekolah terganggu.

Dua kali UMPTN, akhirnya gue diterima di Universitas Airlangga. Sambil kuliah itulah, gue yang nggak betah diam da sebenarnya kreatif ini ha.. ha.. ha.., iseng-iseng ikutan berbagai kuis atau games berhadiah. Tiap hari hobi ngumpulin iklan koran, bahkan koran bekas robek buat bungkus belanjaan pun gue baca. Bila ada kuis atau lomba apa saja yang gratis, gue ikutin.

Pemotretan Arjuna Pajak
Salah satu acara yang besar, tanpa sadar gue ikutin saja. Pemilihan Arjuna Pajak. Ya… semacam duta buat ngenalin pajak ke masyarakat. Nggak ada yang nebak deh, gue menang. Hebohnya lagi pas pengumuman gue menang dan diminta buat pindah ke Jakarta, bertepatan dengan wisuda gue! Thanks, God… Tuhan selalu tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya.


Wow…. seumur-umur gue ngerasain pelayanan serba nomer satu. Bayangkan, selama tugas tour dari kota ke kota, gue selalu mendapat kamar hotel bintang lima kelas VVIP, pesawat bisnis kelas minimal, belum lagi acaranya… pasti ada artisnya. Norak banget ya, gue? Ya tuh, gue girang banget bisa satu rombongan sama artis yang waktu itu ngetop.
Setahun saja kontrak gue sebagai Arjuna Pajak, karena gue ngerasa panggilan hidup gue nggak di situ. Gue lantas ke Trans TV dan ternyata diterima sebagai employee. Setahun suka duka gue jalanin, namanya juga bekerja. Ada banyak hal baru yang musti gue pelajari. Nggak tahunya, pihak televisi punya ide bikin program reality show John Pantau. Gue pun nekad menerimanya, meski kami semua pihak sama- sama tahu resikonya. Nggak mudah lho menyadarkan orang yang salah. Nge-gap orang yang salah di muka umum, bisa-bisa kita kena marah, pukul atau malah dikeroyok. Waduh!
"Jaga Perilaku Biar Gak Malu"

Bulan pertama gue syuting saja, gue langsung terima banyak SMS yang isinya caci maki dan ancaman, ada yang mau ngeroyok gue, nyamperin rumah gue sampai ada yang mau menculik. Wuih, serem deh. Pihak produser sampai nawarin mau mindahin gue ke perumahan yang sistem keamanannya terjamin, biar gue aman. Gue nolak waktu itu, karena gue pikir, ya…. masih bisa di tanggulangi. Emosi itu awal saja, nanti juga mereka sadar.

Siapa sangka John Pantau makin disegani. Pernah nih gue syuting di daerah stasiun, gue sudah dikepung. Salah satu dari mereka bawa pisau! Aduh! Badan sudah lemes rasanya. Gue pikir, kalau memang ini akhir karier gue ya sudahlah…. Ternyata Tuhan masih melindungi gue.

Nggak ada istilah nyerah dan kalah. Setiap orang punya kesempatan sama. Kini gue percaya, masing – masing manusia punya kelebihan, entah kapan bintang kita bersinar. Tapi semua juga tergantung dari kita sendiri. Seberapa keras kita mau berusaha.

(Kisah John Pantau yang ditulis kembali oleh Stephanie)

Source : Tabloid Keren Beken (Tahun X, 14 – 27 Desember 2009)

4 komentar:

fira joanna marissa mengatakan...

hmmm ... sedih bgt yah kak john wktu kcill .. tp gpp .. keep smile always yach kak .. !! GBU ..

MIKAEL mengatakan...

waw, jhon pantau emang lucu dengan aksinya tapi juga mengandung makna agar menyadarkan masyarakat .......

big thumb for jhon!!!

Mahardika mengatakan...

hidup jhon pantau

Serenarara mengatakan...

John, gw juga kecil dibully dan tersisihkan.
Gw ngerasain bgt pait2nya, gak nyangka ternyata John Martin bs membangun percaya diri skrg. Pdhl pasti berat bgt setelah terbiasa direndahkan.
Lu bs jd inspirasi nih buat korban bullying.